Tuesday, November 28, 2006

PESAN UNTUK ADIGUNA

Hei adi, ini link untuk mendownload bahan tugas agama:
http://d.turboupload.com/d/1264596/agama.zip.html

copy paste aja ke browser yg lu pake. nanti disitu lu tunggu sebentar, 30 detikan, masukin kode gambar terus download dehh...

Wednesday, September 06, 2006

Gigi Khalifah

Alkisah, seorang khalifah bermimpi melihat gig-giginya rontok. Ia menceritakan mimpinya kepada seorang penakwil mimpi dan menanyakan maknanya. Dia berkata,”Semua orang-orang dekat Anda akan mati sebelum Anda hingga Anda tinggal sendirian.”

Khalifah sangat gelisah mendengar takwil itu dan murka kepada penakwil mimpi itu. Ia memerintahkan untuk mencabut semua gigi orang itu. Khalifah menceritakan mimpinya kepada penakwil mimpi lainnya.

Ia berkata, “Kabar gembira bagi khalifah yang akan hidup lebih lama ketimbang semua kerabatnya.”

Meski takwilnya sama, namun ungkapan yang ia gunakan membuat hati khalifah senang dan memberinya hadiah.

Diambil dari Kisah-kisah Menakjubkan, Abul Fadhl al-Hiyari

Sunday, August 06, 2006

Penelitian Dianggap Gagal?

Selama seminggu ini, dalam pelajaran biologi kami ditugaskan untuk membuat sebuah penelitian ilmiah yang berhubungan dengan faktor-faktor eksternal dalam pertumbuhan tanaman. Setelah berunding dengan teman sekelompok, kami memutuskan untuk membandingkan pengaruh “kualitas” air pada tumbuhan. Maka, kami menumbuhkan kangkung pada media air yang berbeda. Yaitu, air “Mizone”, air ledeng, dan air keruh. Dikarenakan air “Mizone” memiliki zat-zat tambahan yang baik, maka kami berhipotesa bahwa kangkung pada air “Mizone” akan tumbuh lebih cepat.

Hasilnya? Beda jauh dari harapan. Ternyata kangkung yang diberi air ledeng tumbuhnya paling subur. Kangkung pada air keruh lumayan juga, walau enggak sebaik air ledeng. Sedangkan, kangkung pada air “Mizone” tak tumbuh, bahkan daunnya berguguran. Wah! Kok bisa begitu? Cara kerja kami sudah benar, kok.

Berprinsip jujur, kami presentasikan hasil penelitian ini apa adanya dikelas. Respon dari guru kami tak terlalu bagus. Kata dia, karena hipotesa kami tidak sesuai dengan hasil, maka penelitian ini dianggapnya GAGAL!

Rasanya ada sedikit kejengkelan dalam diriku. Bila hasil penelitian harus sama dengan hipotesa dan teori yang ada, itu sih namanya bukan penelitian. Kita cuman memble doang dengan teori yang udah ada. Hipotesa hanyalah praduga berdasarkan teori awal, tapi hasil penelitian kami adalah fakta. Lagi pula enggak ada teori yang sempurna. Barangkali untuk kangkung efeknya akan beda? Atau mungkin ada faktor lain? Bukankah para ilmuwan berkata:
“No amount of experimentation can ever prove me right; a single experiment can prove me wrong”
Albert Einstein

“Research is what I’m doing when I don’t know what I’m doing.”
Wernher von Braun
Kalau kita hanya memble, bagaimana bisa maju?

Saturday, July 08, 2006

Nasrudin dan Tiga Orang Bijak

Pada suatu hari ada tiga orang bijak yang pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak. Sampailah mereka pada suatu hari di desa Nasrudin. Orang-orang desa ini menyodorkan Nasrudin sebagai wakil orang-orang yang bijak di desa tersebut. Nasrudin dipaksa berhadapan dengan tiga orang bijak itu dan di sekeliling mereka berkumpullah orang-orang desa menonton mereka bicara.

Orang bijak pertama bertanya kepada Nasrudin, ''Di mana sebenarnya pusat bumi ini?''
Nasrudin menjawab, ''Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara.''
''Bagaimana bisa saudara buktikan hal itu?'' tanya orang bijak pertama tadi.
''Kalau tidak percaya,'' jawab Nasrudin, ''Ukur saja sendiri.''
Orang bijak yang pertama diam tak bisa menjawab.

Tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan. ''Berapa banyak jumlah bintang yang ada di langit?''
Nasrudin menjawab, ''Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya
sama dengan rambut yang tumbuh di keledai saya ini.''
''Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?''
Nasrudin menjawab, ''Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai itu, dan nanti saudara akan tahu kebenarannya.''
''Itu sih bicara goblok-goblokan,'' tanya orang bijak kedua, ''Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai.''
Nasrudin pun menjawab, ''Nah, kalau saya goblok, kenapa Anda juga mengajukan pertanyaan itu, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?''
Mendengar jawaban itu, si bijak kedua itu pun tidak bisa melanjutkan.

Sekarang tampillah orang bijak ketiga yang katanya paling bijak di antara mereka. Ia agak terganggu oleh kecerdikan Nasrudin dan dengan ketus bertanya, ''Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, tapi coba saudara katakan kepada saya berapa jumlah bulu yang ada pada ekor keledai itu.''
''Saya tahu jumlahnya,'' jawab Nasrudin, ''Jumlah bulu yang ada pada ekor kelesai saya ini sama dengan jumlah rambut di janggut Saudara.''
''Bagaimana Anda bisa membuktikan hal itu?'' tanyanya lagi. ''Oh, kalau yang itu sih mudah. Begini, Saudara mencabut selembar bulu dari ekor keledai saya, dan kemudian saya mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka apa yang saya katakan itu benar, tetapi kalau tidak, saya keliru.''
Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tidak mau menerima cara
menghitung seperti itu.

Dan orang-orang desa yang mengelilingi mereka
itu semakin yakin Nasrudin adalah yang terbijak di antara keempat
orang tersebut.

Monday, June 26, 2006

Tak Ada Yang Tak Pasti

“Misalkan ada kecerdasan yang pada suatu saat mengetahui semua gaya yang menggerakkan alam dan juga letak sesaat semua benda yang menyusun Semesta. Semua ini sudah cukup untuk melakukan perhitungan berdasarkan semua data tadi. Perhitungan ini menghasilkan rumusan yang sama bagi benda-benda raksasa di Semesta dan atom-atom terkecil. Tak ada lagi yang tak pasti. Baik masa depan maupun masa lalu akan terbuka.”

Pierre Laplace (1749-1827)

Matematikawan & Astronom

Tuesday, June 20, 2006

Jatuh nila setitik, rusak susu sebelanga

Sialan…! Bayangkan : kau telah belajar untuk test fisika, banting otak melaluinya, mendapatkan nilai yang bagus, lalu tiba-tiba nilai itu dikurangi 10 dan aku harus mengikuti test ulang. Jengkel pastinya..!

Semua ini ternyata karena soal-soal tes fisika sempat bocor. Loh. Padahal aku sama sekali enggak melihat soal bocoran itu. Selama test itu berlangsung, semua soal aku pikir sendiri. Enggak ada istilah nyontek.

Bocornya soal itu adalah suatu kebodohan. Test ini kan dilakukan serentak. Kalau begitu para murid pemalas itu mendapatkannya dari mana? Menurut gosip, hal ini dilakukan oleh kecerobohan seorang guru. Otakku keruh. Marah! Lalu bagaimana dengan hasil yang telah kuraih? Belajar semalaman itu! Rasanya tidak dihargai sama sekali.
Semua hal ini bagaikan menghina semua murid yang telah bersusah payah belajar untuk menghadapi test, menurutku.

Jatuh nila setitik, rusak susu sebelanga. Hey, orang yang menjatuhkan nila tersebut patut dihajar!

Mencontek & Pengawas

Lembar jawaban test sudah terisi semua. Benar atau tidak, itu hasil terbaik yang bisa kuberikan. Ahh.. capek. Masih ada waktu tersisa. Yah, karena misi sudah selesai, aku melirik kesekitar. Mataku sudah muak melihat soal-soal njelimet itu.

Tenang tapi menghanyutkan. Sekilas kelas itu sunyi, tapi aku bisa melihatnya. Bisik-bisik tanpa suara, gerakan kode tangan, koordinasi antar peserta, dan semacamnya. Sudah jelas apa itu : mencontek.

Rasanya aneh! Memang, acara contek-mencontek itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tapi masa’ sih para pengawas test itu nggak bisa melihatnya. Sebetulnya kalau niat pasti kelihatan. Kalau aku yang jadi pengawas, mungkin aku bisa menangkap sekitar 2-3 pencontek (sesudah itu nggak akan ada yang berani!). Apalagi pake kamera atau video, tambah pas. Mereka nggak bakalan bisa mengelak.

Namun pertanyaannya, apakah para pengawas itu benar-benar tidak melihat mereka yang mencontek?

Friday, June 16, 2006

Arti Pemahaman

Guru Sufi:
Jika engkau berkata bahwa engkau hampir dapat memahami, maka engkau sebenarnya beromong kosong.


Fulan:
Dapatkah engkau memberikan persamaan ucapanmu itu?


Guru Sufi:
Tentu! ucapan itu sama dengan perkataan bahwa sesuatu itu hampir seperti apel.